Para Sastrawan di Zaman Kerasulan  Muhammad SAW


Faktor yang Melatarbelakangi Lahirnya Sastrawan di Zaman Kerasulan  Muhammad SAW

Pada masa Rasulullah SAW, karya sastra tertinggi pada masa itu adalah Al-Qur’an dan Hadits. Dari segi kaidah kebahasaan, Al-qur’an memiliki aturan-aturan terutama di bidang fonologis, morfologis, dan sintaksis yang sangat valid dan solid. Hal ini berdampak pada segi bahasa dan keilmuan. Salah satunya pengaruhnya dalam bidang sastra. Pada satu sisi, al-Quran merupakan mukjizat terbesar Nabi Muhammad, sebuah kitab  agung yang tidak lekang oleh waktu dan zaman. Keberadaaan al-Qur’an adalah untuk memberi pencerahan dan pedoman bagi umat yang mau menggali kedalaman maknanya. Di sisi lain, al-Qur’an juga diakui sebagai karya sastra agung yang dapat dilihat dari konteks sejarah turunnya al-Quran.

Al-qur’an berbentuk prosa, hal ini mengakibatkan orang-orang pada masa itu sudah tidak lagi peduli pada puisi. Hal tersebut dikarenakan pesona prosa lebih kuat daripada pesona puisi. Landasan yang memperkuat pernyataan ini yaitu QS. Asyuara, Yang artinya : “Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. Tidakkah kamu melihat bahwa mereka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakannya? Dan mereka pun suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakannya. Kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal shaleh serta banyak menyebut Allah. Mereka pun mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman. Adapun orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali.

Di samping itu, Al-qur’an juga telah mengubah tema kesusastraan pada masa ini, dari yang dulunya beraliran naturalis-realis yang berisi pujian yang berlebihan terhadap wanita (porno), hujatan dan ratapan berganti menjadi puji-pujian terhadap Rasul dan orang-orang sholeh dan tidak ada puisi ratapan.

Berikut beberapa faktor internal maupun eksternal, yang melatarbelakangi lahirnya sastrawan :
Menurut juzif al hasyim faktor faktor  berkembangnya sastra arab pada masa ini adalah:
  1. Iklim dan tabiat alam
Syai'r jahiliah terpengaruh begitu kuat dengan alam padang pasir dan kehidupan kaum badui, kata-katanya keras menggambarkan kehidupan yang keras, kesunyian, kerinduan. Uslubnya mirip-mirip antara penyair satu dengan yang lain yang merupakan refleksi dari pemandangan gurun hampir sama, imajinasi penuh dengan kesederhanaan
  1. Ciri khas etnik, bangsa Arab menjadi bangsa yang lahir untuk memuja dan memuji sastra
  2. Peperangan
  3. Faktor kemakmuran dan kemajuan
  4. Agama
  5. Ilmu pengetahuan
  6. Politik
  7. Interaksi terhadap berbagai bangsa dan budaya


  1. Tokoh-Tokoh dan Bentuk Karya Sastra pada Masa Rasululloh
Pada masa Rasulullah, tercatat beberapa nama sahabat sebagai penyair hebat yang kesohor. Para sahabat tersebut tak hanya menikmati untaian syair-syair indah buatan mereka, tapi juga memanfaatkannya untuk membela Rasulullah serta mengobarkan semangat kaum muslimin dalam berjihad. Berikut beberapa nama diantara sahabat penyair tersebut;
  1. Ka’ab bin Zuhair
Ia berasal dari keluarga penyair terkenal dari suku Muzainah. Ka’ab termasuk kelompok penyair “Mukhadram” yaitu seorang penyair yang hidup di dua era berbeda. Masa Jahiliyah dan masa Islam usai ia memeluk ajaran agama Islam.
Layaknya penyair Jahiliyah yang lain, Ka'ab seringkali menggubah syair untuk menyerang dan menebar kebencian kepada Rasulullah dan para sahabat. Suatu hari, Ka’ab menulis syair untuk mengecam Bujair bin Zuhair, saudaranya yang baru saja memeluk agama Islam.
Usai lama bersembunyi dalam pengasingan, atas saran saudaranya, Ka’ab lalu memberanikan diri menemui Rasulullah. Di sana Ka’ab meminta maaf sekaligus menyatakan keislamannya di hadapan Rasulullah. Sejak itu, corak syair Ka’ab senantiasa bernilai pujian kepada Rasulullah dan ajaran Islam.

  1. Abdullah bin Rawahah
Ia berasal dari Bani Khazraj, Madinah dari golongan Anshar. Seorang sahabat yang piawai baca tulis dan menggubah puisi indah. Dari lidahnya yang fasih, dengan mudah untaian bait-bait syair indah mengalir lancar. Suatu hari Nabi pernah bertanya kepada Abdullah bin Rawahah, apa yang ia lakukan ketika hendak mengucapkan syair. Abdullah menjawab, “Kurenungkan dulu, lalu kuucapkan.” Setelah itu Abdullah langsung memuji Nabi melalui syair-syairnya yang indah.

  1. Hassan bin Tsabit
Sebagai pemilik lidah yang tajam, menjadikan Hassan bin Tsabit disenangi oleh lawan dan disegani oleh kawan. Tak heran ia menjadi penyair “resmi” di sisi Rasulullah. Acap kali Hassan diikutkan dalam peperangan “sekedar” untuk membangkitkan semangat juang para mujahid.
Tak hanya itu, bak sebilah pedang tajam, syair-syairnya sanggup merobek lidah orang Quraisy. Menjadikan mereka diam membisu, tak sanggup membalas syair tersebut. Ketika Nabi Muhammad mendapat penghinaan dari orang-orang Quraisy, maka Hassan-lah yang maju membela Nabi dengan syair-syairnya. Diantara syair Hassan yang membela Nabi adalah;

Kamu menghina Muhammad maka aku membelanya
Dan di sisi Allah-lah balasan dari semua itu
Kamu menghina Muhammad yang baik lagi bertakwa
Seorang utusan Allah yang selalu menepati janji
Sesungguhnya bapakku, ibuku, dan kehormatanku
Adalah pelindung bagi kehormatan Muhammad dari kalian



  1. Ka’ab bin Malik
Ka’ab termasuk sahabat yang memeluk Islam sejak awal di kota Makkah. Berbeda dengan penyair lainnya, Ka’ab bin Malik terkenal dengan kegemarannya menciptakan syair-syair peperangan. Dalam syairnya, ia seringkali menyebut ketangguhan dan keunggulan kaum muslimin. Sedang Hassan bin Tsabit lebih suka “menyerang” dengan menyebut kelemahan-kelemahan musuh.
Suatu hari dengan wajah sedih, Ka’ab mendatangi Nabi menanyakan perihal firman Allah, “Dan para penyair itu diliputi oleh orang-orang yang sesat" (as-Syuara’: 224). Ka’ab menyatakan keinginannya untuk tak membuat syair lagi. Lalu dengan tersenyum, Rasulullah menghibur Ka’ab dengan bersabda, “Seorang mukmin berjihad dengan pedang dan lisannya." Mendengar ucapan tersebut, jiwa Ka’ab kembali tenang.

  1. Al-Khansa binti Amru
Pemilik berbagai kemuliaan ini terlahir dan tumbuh di tengah suku Arab terpandang, Bani Mudhar. Selain fasih berbicara, al-Khansa juga kesohor dengan sifat pemurah, berani, dan punya pendirian tegas. Diantara kelebihan tersebut, yang paling menonjol adalah kecakapan al-Khansa menyusun untaian-untaian kata menjadi kumpulan syair indah.

Hal ini mendapat pengakuan tersendiri dari Nabi. Suatu hari Nabi berkata kepada Adi bin Hatim yang datang ke Madinah. “Sesungguhnya orang yang paling pandai bersyair adalah al-Khansa, bukan Imri al-Qais bin Hujr. Sedang orang yang terpandai menunggang kuda adalah Ali bin Abi Thalib.”
Karena kegemarannya bersyair, al-Khansa seringkali menyusun syair mengenang kedua saudaranya, Mu’awiyah dan Sakhr. Alhasil ia lalu ditegur oleh Umar bin Khaththab. Mendengar teguran tersebut, al-Khansa menjawab, “Dahulu ketika masa Jahiliyah, saya menangisi mereka atas kematiaannya, kini saya bersedih karena mereka adalah ahli neraka.”

Dapat disimpulkan dari kelima sastrawan yang ada pada zaman Rasululloh tersebut, merupakan seorang penyair yang yang selalu menjungjung tinggi kepada Rasululloh SAW (pujian), syair yang berupa perlawanan terhadap kelompok yang membenci islam (syair peperangan), karena kedua bentuk karya (aliran) tersebut juga merupakan faktor penyebab lahirnya sastrawan pada masa kerasulan Rosululloh SAW.

0 Response to "Para Sastrawan di Zaman Kerasulan  Muhammad SAW"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel