Karya Sastra di Dunia Islam Pada Masa Awal Modern dan Kontemporer di Wilayah Bagian Asia


Karya Sastra Kontemporer dan Modern
Sastra Kontemporer adalah sastra masa kini, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sastra kontemporer adalah sastra yang hidup pada masa kini atau sastra yang hidup dalam waktu yang sama. Sastra Kontemporer juga bisa dikatakan sebagai sastra mutakhir karena pada masa itu sastra dianggap sebagai ujung dari penciptaan karya sastra  pada masanya dan bisa juga disebut sastra moderen seiring periode waktu tetapi antara sastra moderen dan muktahir bukan hanya sebatas priode waktu tetapi juga karena pola pikir seorang pengarang yang memiliki pola pemikiran yang maju untuk menciptakan karya sastra (April Rahmadianto, 2014).

Munculnya Sastra Kontemporer merupakan reaksi terhadap sastra konvensional yang dianggap telah mendominasi eksistensi karya sastra. Sastra Kontemporer merambah pada seluruh jenis karya sastra, seperti novel, puisi dan drama.
Lalu bagaimana perkembangan sastra islam di beberapa wilayah bagian asia;
  1. Turki dan Sebagian Eropa Lainnya
Benturan-benturan antara islam dengan kekuatan eropa menyadarkan umat islam bahwa jauh tertinggal dengan eropa dan yang merasakan pertama persoalan ini adalah kerajaan turki usmani yang langsung menghadapi kekuatan eropa yang pertama kali. Kesadaran tersebut membuat penguasa dan perjuangan-perjuangan belajar dari eropa.

Guna pemulihan kembali kekuatan islam, maka mengadakan suatu gerakan pembaharuan dengan mengevaluasi yang menjadi penyebab mundurnya islam dan mencari ide-ide pembaharuan dan ilmu pengetahuan dari barat. Gerakan pembaharuan tersebut (Diyanti Anugera Putri, 2015) antara lain:
  1. Geraka wahabiyah yang diprakarsai oleh muhammad ibn abdul wahab( 1703-1787 M) di arabia, syah waliyullah (1703-1762) M di india dan gerakan sanusiyah di afrika utara yang dikomandoi oleh said muhammad sanusi dari Al jazair.
  2. Gerakan penerjemahan karya-karya barat kedalam bahasa islam dan pengiriman para pelajar muslim untuk belajar ke eropa.
Dalam gerakan pembaharuan sangat lekat dengan politik. Ide politik yang pertama muncul yaitu pan islamisme atau persatuan islam sedunia yang digencarkan oleh gerakan wahabiyah dan sanusiyah, setelah itu diteruskan dengan lebih gencar oleh tokoh pemikir islam yang bernama jamaludin Al afgani ( 1839-1879). Gagasan atau ide pan islamisme yang digelorakan oleh jamaludin disambut oleh raja turki usmani yang bernama Abd.Hamid II ( 1876-1909) dan juga mendapat sambutan yang baik di negeri-negeri islam.

Pada masa pembaharuan muncul sastrawan yang karyanya bersifat islami di berbagai negara (Diyanti Anugera Putri, 2015), misalnya ;
  • Mustafa lutfi al-manfaluti (1876-1926)
Seorang sastrawan dan ulama al-azhar dan termasuk pengarang cerita pendek bergaya semi klasik dan semi moderm.
  • Muhammad husain haekal(1888-1956)
Pengarang mesir terkenal yang telah menulis “hayatu muhammad” (sejara hidup nabi muhammad saw) yang telah ditertibkan danterjemahkan dalam bahasa indonesia.
  • Jamil sidqi az-zawi (1863-1936)
Di irak terkenal sebagai perintis ajak modern dan seorang tua yang bernada keras dan dikenal sebagai pembela hak-hak wanita bersama-sama dengan ma’ruf ar-rasafi (1877-1945)
  • Abdus salam al-ujaili 9 lahir tahun 1918)
Adalah seorang sastrawan di suriah yang juga seorang dokter medis, aktif dalam penulisan novel dan cerita pendek.
  • Peranan perempuan dalam perkembangan sastra modern diantaranya aisyah abdurrahman.

  1. Wilayah Afrika (Mesir, Aljazair, Sudan, dll)
Dalam sastra Arab modern, Mesir dapat dikatakan merupakan pembuka jalan meskipun dari para sastrawan itu banyak yang berasal dari Libanon dan Suriah. Mereka pindah ke Mesir untuk menyalurkan bakatnya di negeri ini.

Sastrawan dan pemikir besar menjelang pertengahan abad ke-20 adalah Muhammad Iqbal (1877-1938) yang lahir di Sialkot dan wafat di Lahore, Pakistan. Ia mengungkapkan filsafatnya dengan puisi dalam bahasa Urdu dan Persia. Beberapa prosanya ditulis dalam bahasa Inggris dan bahasa Arab (Difan, 2010).

Dalam abad ke-19 kegiatan penerjemahan buku-buku ke dalam bahasa Arab sudah mulai dirintis secara besar-besaran, yang sudah tentu sebagian besar berupa karya-karya sastra Barat. Nama-nama mulai dari Villon sampai pada angkatan Sartre dalam sastra Perancis, atau Marlowe sampai angkatan Auden dalam sastra Inggris, sudah tidak asing lagi, di samping dari Eropa lainnya. Yang menjadi pelopor dalam hal ini tentu mereka yang telah mendapatkan pendidikan Barat sebagai akibat pembaharuan yang dilakukan oleh Muhammad Ali (1769-1849) dan sampai puncaknya sebagai gelombang kedua pada masa Khediwi (Khedive) Ismail (1830-1895). Pada waktu itulah banyak karya sastra Barat, terutama karya sastra Perancis, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, seperti Paul et Virginie, dongeng-dongeng La Fontain dan Victor Hugo. Mustafa Lutfi Al-Manfaluti (1876-1924), sastrawan dan ulama dari al-Azhar yang sudah amat dikenal di Indonesia, dapat digolongkan sebagai pengarang cerita-cerita pendek bergaya semi-klasik semi-modern.

Ciri khas perkembangan bahasa dalam sastra Arab Modern ialah digunakannya bahasa percakapan (vernacularism) dalam dialog, sekalipun dalam pemberian tetap dengan bahasa baku. Kecenderungan seperti ini ada pembelanya, tetapi juga banyak penentangnya. Bahkan pernah ada kecenderungan sebagian kalangan yang ingin mengubah huruf Arab sedemikian rupa supaya dapat juga dibaca dalam huruf Latin. Di Libanon malah ada sekelompok sastrawan yang mencoba menggantikan huruf Arab dengan huruf Latin. Bahkan sudah ada novel yang terbit dalam bahasa Arab dengan menggunakan huruf Latin.

  1. Wilayah Timur-Tengah (Arab Saudi, Palestina, Syria)
Pada awal pertumbuhanya, Islam bergerak sedikit demi sedikit mengubah peradaban orang-orang jahiliah, tetapi tidak menghapus seluruh kebudayaanya misalnya, thowaf atau memuliakan ka’bah yang berada di tengah kota Makkah. Dalm hal bidang kajian sastra yang berkembang di wilayah Timur Tengah, khususnya di Arab Saudi yang mengenal genre drama pada masa modern. Mereka mengambil genre tersebut dari Barat. Dalam perkembangan berikutnya, seni drama di dalam sastra Arab adalah melalui empat fase (Akbar, 2016)
  1. fase Marun Nuqas al-Lubnaniyang meresepsi seni drama ini dari Italia. Dalam karya dramanya berjudul al-Bakhil karya Muller. Kemudian diikuti pula oleh karya-karya drama yang lain seperti Harun al-Rasyid (1850). Karya dramanya yang bersifat jenaka musikal lebih dapat dikatakan sebagai seni operet yang begitu memperhatikan aspek musikalitas dari pada dialoq.
  2. fase Abu Khalil al-Qubbanidi Damaskus yang memajukan seni drama dengan menampilkan banyak sekali kriteria-kriterianya serta bercita rasa dapat dinikmati oleh awam dengan cara memilih drama-drama kerakyatan seperti alfu laylah.
  3. fase Yakkub Sannu’. muncul tokoh Mesir dalam bidang drama yang bernama Sannu’, populer dengan nama Abu Nazarah. Ia cenderung mengkritisi sosial politik dengan menggunakan bahasa ammi. Kelompok-kelompok penulis Siria dan Mesir melanjutkan penulisan karya drama di Mesir.
  4. fase perkembanganpada awal abad 20. Hingga pada tahap ini, banyak drama di Mesir merupakan hasil terjemahan atau resepsi.

  1. Asia Tengah (Irak, Iran, Albania, dll)
Sejak pasca Perang Dunia I tidak sedikit para penulis dan sastrawan menggoreskan pena-pena mereka untuk menyuarakan kebebasan dan kemerdekaan. Sehingga muncul para penyair nasionalis seperti Ma'ruf ar-Rusafi, Jamil Sidqi az-Zahawi, Muhammad Mahdi al-Jawahiri, Badr Syâkir as-Sayyâb, dan Abd al-Wahhab al-Bayyâtî. Ar-Rusafi yang banyak menulis puisi tentang penderitaan orang-orang Irak dan perjuangan mereka ke arah kemerdekaan (Difan, 2010).

Dalam kondisi keamanan dan politik yang kurang menentu pada tahun 1960-an tersebut, di Irak muncul sebuah generasi atau angkatan baru para penyair Irak yang lebih dikenal dengan sebutan Generasi/Angkatan 60-an (Jail al-Sittîniyyât) setelah generasinya as-Sayyâb, al-Bayyâtî, dan kawan-kawannya pudar. (Hamud, tt.). Munculnya generasi tersebut tak lepas dari kondisi udara sastra di Irak yang mungkin lebih sering diwarnai oleh agitasi politik dan ideologi yang mengakibatkan timbulnya pergolakan dan revolusi, sebagaimana yang terjadi pada 1958 dan 1960 sampai pada Revolusi 68 yang disinyalir membawa angin baru pada seni dan budaya dengan diterbitkannya kembali buku-buku sastra. Pada awal masa tersebut hingga akhir tahun 1960-an kebanyakan dari para penulis kenamaan di Irak cenderung ke arah politik.

Dalam genre puisi, pada tahun 2006 telah terbit antologi puisi dalam bahasa Arab dan Jerman bertajuk al-‘Audah min al-Harb: Mukhtârât asy-Syi'r al-‘Irâqî al-Jadîd (Rückkehr aus dem Krieg: Neue Irakische Lyrik). Pokok materi antologi setebal 700 halaman yang terbit di Frankfurt ini merujuk pada semua penyair, seperti: kehancuran, peperangan, hilangnya hak, dan pengusiran. Ini adalah pengalaman-pengalaman yang menggambarkan situasi kehidupan di Irak masa-masa hingga tahun terbit antologi tersebut, meski kebanyakan dari sebagian penyair-penyairnya tidak lagi hidup di Irak.

Adapun di bidang drama, di antara yang paling terkemuka adalah Hammam Bagdadi yang ditulis oleh Jawad al-Asadi. Sedangkan di bidang novel, sebagaimana diakui oleh Mazlum dan juga al-Anbari, produktivitasnya mengalami perkembangan yang agak lamban karena untuk menciptakan novel-novel dengan mengangkat tema-tema peperangan secara serius dan efektif membutuhkan waktu yang tidak sedikit.

  1. Wilayah Asia Selatan (India, Pakistan, Bangladesh)
Penciptaan India dan Pakistan merdeka didampingi oleh migrasi kekerasan dan massa yang mengerikan karena kebanyakan Hindu dan Sikh melarikan diri ke Pakistan dan banyak Muslim meninggalkan India. Ada juga yang sengketa politik yang belum terselesaikan antara kedua negara. Status Kashmir menyebabkan perang pertama antara India dan Pakistan pada tahun 1948 dan partisi daerah antara bagian India dan Pakistan yang dikuasai. Ketidakstabilan dalam Pakistan akhirnya menghasilkan kemerdekaan Pakistan Timur pada tahun 1971, yang sekarang disebut sebagai Bangladesh (Ibnu).
  1. Pakistan
Sebagai bangsa yang dianggap sebagai Asia Selatan "tanah air" bagi umat Islam, Pakistan adalah negara Islam terbesar kedua di dunia, dengan 97 persen dari penduduk mempraktikkan Islam. Dalam populasi Muslim, sekitar 75 persen adalah Sunni dan 25 persen adalah kaum Shiah. Sejak kemerdekaan pada tahun 1947, perdebatan seputar hubungan antara Islam dan negara masih belum terselesaikan, berbagai agama-berpikiran partai politik terus mendorong kuat untuk pembentukan negara Islam sejati. Islamisasi bertahap bangsa ini sejak 1970-an telah menjadi tidak cukup cepat atau cukup komprehensif bagi banyak dari mereka.
  1. India
Muslim adalah minoritas di India, mereka membuat sekitar 14 persen dari populasi. Kebanyakan Sunni. Kurang dari 10 persen adalah kaum Shiah. Muslim India adalah sebagai beragam di daerah dan bahasa, karena mereka berada dalam status ekonomi dan pandangan politik. Pembatasan pengecualian individu yang penting, komunitas Muslim India secara keseluruhan telah semakin terpinggirkan dan terasing sejak 1970-an. Munculnya nasionalisme Hindu dan kerusuhan komunal yang menyertainya telah memainkan peran penting dalam proses ini. Seperti dibuktikan selama 2002 kerusuhan di Gujarat, sebagian besar korban cenderung Muslim. Ketidakmampuan negara bagian India yang terus-menerus untuk sepenuhnya mendamaikan penduduk Muslim Kashmir merupakan titik sakit bagi Muslim India.
  1. Bangladesh
Sebelum kemerdekaan, Bangladesh adalah bagian dari Pakistan bersatu. Karena kurangnya persatuan politik dan ekonomi antara Pakistan Barat dan Pakistan Timur, pemberontakan oleh Liga Awami separatis menyebabkan penciptaan sebuah negara merdeka pada tahun 1971. Diperkirakan bahwa lebih dari dua juta orang tewas selama perjuangan kemerdekaan. Untuk sebagian besar dari sejarah selanjutnya, Bangladesh telah diperintah oleh orang kuat militer berbagai. Mencerminkan perkembangan serupa di Pakistan, penguasa militer berbagai dicari legitimasi politik oleh peralihan ke Islamisasi. Sekitar 85 persen dari populasi adalah Muslim Sunni. Sebuah populasi Hindu signifikan terus hidup di Bangladesh. Untuk sebagian besar dekade terakhir, Bangladesh politik telah didominasi oleh dua wanita-Shaikh Hasina dan Zia Begum.

  1. Wilayah Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia, Brunei, dll)
Indonesia adalah sebuah negara besar yang memiliki penduduk ratusan juta jiwa. Indonesia juga adalah negara yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam. Menurut sebuah perhitungan manusia Muslim Indonesia adalah jumlah pemeluk agam Islam terbesar di dunia. Jika dibanding dengan negara-negara Muslim lainnya, maka penduduk Muslim Indonesia dari segi jumlah tidak ada yang menandingi. Jumlah yang besar tersebut sebenarnya merupakan sumber daya manusia dan kekuatan yang sangat besar, bila mampu dioptimalkan peran dan kualitasnya. Jumah yang sangat besar tersebut juga mampu menjadi kekuatan sumber ekonomi yang luar biasa. Jumlah yang besar di atas juga akan menjadi kekuatan politik yang cukup signifikan dalam percaturan nasional (Wicaksono, 2013).

Dan gerakan pembaruan yang menyebabkan lahirnya organisasi keagamaan pada mulanya bersifat keagamaan, tetapi seiring dengan kondisi masyarakat pada saat itu kemudian menjelma menjadi kegiatan politik yang menuntut kemerdekaan Indonesia dan hal tersebut dirasakan mendapat pengaruh yang signifikan dari pemikir-pemikir para pembaru Islam, baik di tingkat nasional maupun internasional.

Beberapa jenis karya sastra kontemporer yang lahir di Indonesia, diantaranya (April Rahmadianto, 2014) ;
  1. Puisi Indonesia Kontemporer, yaitu puisi Indonesia yang lahir di dalam waktu tertentu yang berbentuk dan bergaya tidak mengikuti kaidah-kaidah puisi lama pada umumnya.
  2. Cerita pendek Indonesia kontemporer adalah cerita pendek yang berisikan kehidupan manusia Indonesia yang terasing dari dunianya karena gencetan suasana metropolis, yang pemberontak, yang beradap di tengah-tengah pergulatan nilai-nilai saling bertentangan yang membuktikan bahwa manusia mempunyai potensi-potensi yang unik.
  3. Novel Kontemporer, secara sederhana adalah novel yang hidup pada masa sekarang. Novel kontemporer diistilahkan juga  novel inkonvensional atau novel mutakhir.
Sedangkan beberapa seni yang berkembang di wilayah asia lainnya, seperti di Aceh, yaitu berupa seni tari, salah satunya Tari Seudati merupakan tarian khas Aceh. Ciri khas tarian ini adalah diiringi lagu tertentu yang berupa salawat Nabi Muhammad SAW (Ibnu) .


Daftar Pustaka


Akbar, F. (2016, Juli 11). Percampuran Sastra Arab Modern di Timur Tengah. Retrieved Februari Senin, 2017, from Telusur Hari: http://faisalakbar93.blogspot.co.id/2016/07/percampuran-sastra-arab-modern-di-timur.html
April Rahmadianto, d. (2014, Mei 13). Pengertian Sastra Kontemporer. Retrieved Februari Selasa, 2017, from Bahasa Indonesia: http://suratmisitisuratmi.blogspot.co.id/2014/05/pengertian-sastra-kontemporer.html
Difan, N. (2010, Desember 30). Kajian Sastra Kawasan Arab Modern. Retrieved Februari Senin, 2017, from Sastraku: http://nahrubdifan.blogspot.co.id/2010/12/kajian-sastra-kawasan-arab-modern.html
Diyanti Anugera Putri, d. (2015, Januari 14). Perkembangan Islam Di Zaman Modern. Retrieved Februari Senin, 2017, from Portal Dunia Pareza: http://parezanasari.blogspot.co.id/2015/01/makalah-perkembangan-islam-di-zaman.html
Ibnu, F. (n.d.). Sejarah Asia Selatan (Proses Islamisasi di Asia Selatan). Retrieved Februari Senin, 2017, from Materi Pelajaran Umum: http://ianheckeng.blogspot.co.id/2013/03/sejarah-islam-di-asia-selatan.html
Wicaksono, A. (2013, Mei 13). Sejarah Peradaban Islam Tentang Perkembangan Islam Di Indonesia Pada Zaman Modern Dan Kontemporer. Retrieved Februari Senin, 2017, from Andre's Blog: http://satuhati-satukisah.blogspot.co.id/2013/05/sejarah-peradaban-islam-tentang.html

0 Response to "Karya Sastra di Dunia Islam Pada Masa Awal Modern dan Kontemporer di Wilayah Bagian Asia"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel