Latar belakang lahirnya karya sastra di wilayah Afrika dan Timur Tengah


Sastra tidaklah selalu lahir berdasrkan latar belakang penulis (sastrawan) itu sendiri akan tetapi selalu ada faktor sosial, usaha manusia untuk menyesuaikan diri dalam dunia itu, hubungan politik, agama, sejarah, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan peradaban, mengungkapkan konflik dan ketegangan antar-kelompok dan antargolongan. Seperti halnya sosiologi, sastra sebenarnya berhubungan dengan tekstur sosial, ekonomi, dan politik.
  1. Negara-Negara Bagian Timur Tengah
Beberapa negara di kawasan timur tengah yang banyak mengalami persentuhan dalam peradaban islan khususnya dalam perkembangan karya sastra muslim, seperti halnya yang dipaparkan oleh (Rusman, 2014) negara-negara besar di kawan Timur Tengah (Irak, Iran, Albania, dan Afhganistan).
  1. Irak
Sejak pasca Perang Dunia I tidak sedikit para penulis dan sastrawan menggoreskan pena-pena mereka untuk menyuarakan kebebasan dan kemerdekaan. Sehingga muncul para penyair nasionalis seperti Ma'ruf ar-Rusafi, Jamil Sidqi az-Zahawi, Muhammad Mahdi al-Jawahiri, Badr Syâkir as-Sayyâb, dan Abd al-Wahhab al-Bayyâtî. Ar-Rusafi yang banyak menulis puisi tentang penderitaan orang-orang Irak dan perjuangan mereka ke arah kemerdekaan. Jawahiri dalam puisinya juga menyatakan dengan keras sentimen anti-kolonialis.

Pada awal 1958 hingga akhir tahun 1960-an kebanyakan dari para penulis kenamaan di Irak cenderung ke arah politik, dan beberapa di antara mereka dekat dengan Partai Komunis, seperti Badr Syâkir as-Sayyâb. Sebagian besar mereka hidup dalam kemiskinan, pengembaraan, pengangguran, dan bahkan hanya tidur-tiduran di kebun. Angkatan ini terkenal dengan masa-masa kritis dalam himpitan politik yang sangat sulit hingga sampai pada taraf resignasi. Di antara tokoh yang terkenal dalam angkatan ini adalah Fâdhil al-‘Azâwî, Sargon Baulus, Jean Dammo, Abd al-Qâdir al-Janâbî, ‘Abd ar-Rahmân al-Rabî'î, Syarîf al-Rabî'i, dan Shalâh Fâiq (Hamud, tt.).

Sedangkan untuk genre prosa, pada fase ini muncul beberapa nama yang cukup dikenal di tanah airnya, seperti Isma'il Fahd Isma'il, Abdul Malik Nuri, Fu'ad Takerli, dan Syâkir Khusybak (seorang guru besar Universitas Baghdad). Isma'il Fahd Isma'il sebagai seorang novelis, telah turut memberikan sumbangan penanya dalam karya kuartetnya berlatar Irak di tahun 1960-an yang terbit di tahun 1970-an. Karya kwartet tersebut adalah Kânat as-Samâ' Zarqâ' (1970), al-Mustanqa'ât adh-Dhau'iyyah (1971), al-Habl (1972), dan adh-Dhifâf al-Ukhrâ (1973).

Pada tahun 1990-an Irak menginvasi Kuwait yang berakibat terjadinya Perang Teluk antara Irak dan pasukan sekutu pimpinan AS. Karya sastra, terutama puisi, pada masa ini didominasi oleh kosakata perang seperti kata al-harb (perang), al-malâji' (kamp pengungsian), al-qitâl (pertempuran), al-khanâdiq (parit), al-banâdiq (peluru), al-aslihah (senjata), dan kata-kata sejenisnya. Peristiwa ini telah mendorong lahirnya sebuah antologi puisi bertajuk Qabl ad-Dukhûl 'Alaikum bi an-Nabâ'.

Selain genre puisi, peristiwa Perang Teluk juga telah mendorong diterbitkannya karya prosa berupa cerpen, yang di antaranya adalah antologi Hîna Yahzan al-Athfal Tatasâqat ath-Thâ'irât. Antologi tersebut memuat sekitar 24 cerpenis. Di antara cerpenis tersebut yang patut untuk disebutkan adalah cerpenis Mohamed Khidayyir yang telah menulis cerpen dengan judul Tahnit. Selain itu ada juga Warid Badr Al-Salim yang menulis sebuah cerpen berjudul Infijar Dam'a yang di dalamnya memuat catatan harian 40 hari selama peristiwa Perang Teluk, 16 Januari -- 28 Februari 1991.

Di bidang drama, pada tahun 1992, melalui pagelaran Festival Drama Arab ke-3 di Baghdad, Ghanim Hamid menggarap pementasan drama berjudul al-Miftah yang skenarionya ditulis oleh Yusuf al-Ani (Yousif, 1997). Drama tersebut sebenarnya sudah ditulisnya sejak lama sekitar tahun 1968, tapi kemudian digarap ulang dengan menyertakan kejadian-kejadian baru sekitar Perang Teluk yang masih hangat.

Pertumpahan darah di Irak terus berlanjut. Pada tanggal 9 April 2003 Baghdad resmi jatuh ke tangan Amerika. Kondisi politik dan keamanan yang tidak menentu telah mempengaruhi perkembangan sastranya. Pada masa-masa invasi tersebut perkembangan genre puisi bertema perang berkembang lebih cepat, jika dibandingkan dengan drama dan novel. Hal ini disebabkan karena penulisan drama dan novel membutuhkan waktu yang lebih lama jika dibandingkan dengan penulisan puisi.

  1. Iran
Iran (atau Persia) adalah sebuah negara Timur Tengah yang terletak di Asia Barat Daya. Kebudayaan Iran telah lama memengaruhi kebudayaan-kebudayaan lain di Timur Tengah dan Asia Tengah. Malahan, Bahasa Persia merupakan bahasa intelektual selama milenium kedua Masehi. Kebanyakan hasil tulisan Persia diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab semasa kekholifahan Islam. Pada zaman awal Islam di Persia, kebanyakan karya Persia ditulis dalam Bahasa Arab. Tetapi, ketika zaman pemerintahan Umayyah, orang-orang Persia ditindas oleh bangsa Arab. Ini menyebabkan banyak tokoh intelektual Persia mulai menggunakan bahasa Persia dalam tulisan mereka. Salah satu karya ini ialah kitab Shahnameh hasil tulisan Ferdowsi, sebuah karya mengenai sejarah negara Iran.

Dimasa kontemporer, terdapat cendikiawan Iran yang terkemuka yaitu Ayatullah Khamenei. Sayid Ali Huseini Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam adalah putra almarhum Hujjatul Islam wal Muslimin Haj Sayid Javad Husaini Khamenei. Beliau  lahir pada bulan Hijriah Syamsiah (16 Juli 1939) atau bertepatan dengan tanggal 28 Shafar 1357 Hijriah di kota suci Mashad. Di antara karya-karya tulisannya adalah “ Taudhihul Masail”, “Manasik Haj”, dan “Izdiwaj dar Islam”.

Dalam literatur cerita modern Iran, karya-karya yang terinspirasi dari perang yang dipaksakan oleh rezim Saddam Hussein telah diangkat dalam cerita, di mana jarak antara para penulisnya dan medan perang tidak terlalu jauh. Kebanyakan mereka menyaksikan peristiwa perang dan bahkan hadir di tengah-tengah perang. Puluhan cerita panjang dan roman serta ratusan cerita pendek merupakan hasil kerja keras para penulis Iran tentang agresi pasukan Irak di bawah pimpinan Saddam atau Perang Pertahanan Suci (Perang Irak-Iran).

  1. Albania
Albania adalah sebuah negara yang terletak di Eropa bagian tenggara. Albania berbatasan dengan Montenegro di sebelah utara, Serbia (Kosovo) di timur laut, Republik Makedonia di timur, dan Yunani di selatan. Laut Adriatik terletak di sebelah barat Albania, sedangkan Laut Ionia di barat daya. Albania di dalam bahasanya dipanggil Shqipëria, yang berarti Tanah Air Burung Elang. Oleh itu, gambar burung elang berkepala dua dapat dilihat di benderanya serta emblemnya. Nama "Albania" pula mungkin berasal dari perkataan Indo-Eropa albh (putih).

Kalifah Usmaniyah menguasai Albania antara 1385-1912. Selama masa ini, kebanyakan penduduk masuk Islam, dan penduduk Albania juga beremigrasi ke Italia, Yunani, Mesir dan Turki. Walau pengawasannya secara singkat terganggu oleh pergolakan 1443-1478, dipimpin oleh Gjergj Kastrioti Skenderbeg, Khilafah Turki Utsmani akhirnya menegaskan kembali penguasaan mereka.
Pada awal abad ke-20, Khilafah Turki Utsmani tak dapat mengendalikan kontrolnya di sini. Liga Prizren (1878) memperkenalkan gagasan negara kebangsaan Albania dan menciptakan alfabet Albania modern. Menyusul akhir Perang Balkan I, orang-orang Albania mengeluarkan Proklamasi Vlore pada 28 November 1912, mendeklarasikan 'kemerdekaan'. Perbatasan Albania ditetapkan oleh Kekuatan Besar pada 1913. Integritas wilayah Albania ditegaskan di Konferensi Perdamaian Paris pada 1919, setelah Presiden Amerika Serikat Woodrow Wilson menolak rencana dengan kekuatan Eropa untuk membagi Albania di antara tetangganya.

Selama Perang Dunia II, Albania dicaplok pertama kali oleh Italia (1939-43) dan kemudian oleh Jerman (1943-44). Setelah perang, pemimpin Partai Komunis Enver Hoxha mengatur melindungi integritas wilayah Albania selama 40 tahun berikutnya, namun memerlukan harga politik yang sangat mahal dari penduduknya, yang ditundukkan untuk membersihkan, mengurangi, penindasan hak sipil dan politik, larangan total pada praktek keagamaan, dan meningkatkan isolasi. Albania yang setia pada filsafat Stalinis yang keras, akhirnya menarik diri dari Pakta Warsawa pada 1968 dan menjauhkan diri dari sekutu terakhirnya, Republik Rakyat Cina pada 1978.

Menyusul kematian Hoxha pada 1985 dan kemudian kejatuhan komunisme pada 1991, masyarakat Albania berjuang menanggulangi isolasi dan ketertinggalan sejarahnya. Selama masa transisi awal, pemerintah Albania memandang ikatan yang lebih dekat dengan Barat agar memperbaiki keadaan ekonomi dan memperkenalkan reformasi demokrasi dasar, termasuk sistem multipartai.
Pada masa kontemporer, di Albania terdapat seorang sastrawan terkemuka bernama Ismail Kadare lahir dan tumbuh di kota Gjinokaster, Albania. Ia belajar sastra di University of Tirane dan menghabiskan tiga tahun untuk menyelesaikan pasca sarjana di Gorky Institute di Moscow. The General adalah novel pertamanya, dipublikasi sekembalinya ke Albania pada 1962, saat ia duapuluh enam tahun.


  1. Afganistan
Republik Islam Afganistan adalah sebuah negara yang berbatasan dengan Iran di sebelah barat, Afganistan juga berbatasan dengan Kashmir, wilayah yang dipersengketakan oleh India dan Pakistan. Afganistan merupakan salah satu negara termiskin di dunia.
Pada kurun waktu antara tergulingnya rezim pemerintahan Taliban pada 2001 dan Loya jirga (sidang majelis Musyawarah Tradisional) tahun 2004, dunia Barat menyebut negara ini dengan nama Negara Islam Transisi Afganistan. Banyak monumen bersejarah negara ini rusak dalam perang tahun-tahun terakhir. 2 unit Patung Buddha Bamiyan yang terkenal di Provinsi Bamiyan dihancurkan Taliban karena dianggap sebagai lambang agama lain.

Orang Afganistan dikenal sebagai penunggang kuda. Olahraga yang terkenal seperti Buzkashi terkenal di sana. Sebelum Taliban memegang kekuasaan, kota Kabul merupakan tempat tinggal banyak musisi yang ahli dalam musik Afganistan tradisional dan modern. Kabul pada paruh abad ke-20 sama dengan Wina selama abad XVIII dan XIX. Afghanistan termasuk Negara konflik. Sastra yang berkembang pada saat ini banyak menuliskan tentang kebebasan, nasib-nasib rakyat Afghanistan dan nasib wanita-wanita Afghanistan.

  1. Negara Bagian Afrika
  2. Aljazair
Karya-karya sastra Aljazair modern banyak yang dipengaruhi oleh iklim perang kemerdekaan melawan Perancis (Jajahan Perancis Tahun 1980). sehingga banyak sastrawan negera di Afrika Utara ini yang menulis karya-karya sastranya dalam bahasa Perancis dan gaya penulisannya pun tidak jauh berbeda dengan gaya pengarang Perancis. Bahkan pemikir dan ulama Aljazair terkemuka, Malik Bin Nabi, menulis pikiran keagamaannya dalam bahasa Perancis. Beberapa karya sastra Aljazair ada yang sudah diterbitkan ke dalam bahasa Indonesia.

Kuatnya pengaruh kolonialisme Prancis terlihat dari bahasa Prancis yang menjadi pengantar selain bahasa Arab. Aspek sosial dan budaya juga memperoleh pengaruh kuat dari Prancis, selain Islam. Sastrawan Prancis terkemuka peraih nobel, Albert Camus, juga dilahirkan di Aljazair (Neziala, 2011).
Aljazair adalah sebuah negeri di Afrika Utara yang boleh dikatakan asing bagi kebanyakan kita. Novel Ali Ghalem, Istri untuk Putraku, memberikan gambaran dan uraian yang sangat tajam mengenai beberapa segi kebudayaan dan pengalaman bangsa itu. Dalam novel itu diungkapkan berbagai masalah sosial dan budaya yang menyangkut masyarakat lapisan bawah; bahkan secara tersirat muncul juga masalah hubungan antara Aljazair dan Perancis, negeri Eropa yang pernah menguasainya. Beberapa adegan dalam novel itu digambarkan begitu tajam sehingga sulit lepas dari ingatan kita, seperti misalnya adegan yang menggambarkan tradisi pemeriksaan keperawanan bagi gadis yang akan nikah. Juga adegan malam pertama pengantin. Dalam karya Ali Ghalem itu kita juga menemukan berbagai segi masalah pendidikan, hak wanita, dan hubungan-hubungan antaranggota keluarga dan antarkeluarga.

  1. Analisis Unsur Intrinsik Novel “Perempuan Di Titik Nol” Karya Nawal El-Saadawi
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra dimana unsur tersebut ada dalam/berada di dalam suatu karya sastra itu sendiri (Rahma, 2015).
Dalam novel Perempuan Di Titik Nol, wanita dianggap rendah oleh kaum laki-laki, berbagai permasalahan penindasan terhadap perempuan disegala bidang, baik itu politik, kelas sosial ataupun budaya khususnya di Mesir. karena mereka menganggap kebanyakan kaum wanita memiliki fisik yang lemah. Tokoh Firdaus sebagai perempuan dalam novel ini digambarkan sebagai tokoh yang kuat dalam menjalani kehidupannya dalam budaya patriakal yang sangat kuat di Mesir pada saat itu.
  1. Tema
Secara keseluruhan, tema dari novel ini menceritakan bagaimana sosok perempuan pemberani bernama Firdaus dalam mengutarakan kebenaran, dimana perempuan tidak mendapatkan haknya, karena pada saat itu perempuan dianggap lemah, dan selalu dibawah laki-laki.
  1. Alur/Plot
Alur dari novel ini menggunakan alur mundur, karena penulis menceritakan pengalamannya dalam melakukan penelitian kepribadian terhadap kelompok wanita yang dipejara, dan dijatuhi hukuman mati yaitu salah satunya tokoh Firdaus, sosok perempuan yang dipejara karena telah membunuh germo seorang laki-laki.
  1. Sudut Pandang/Point of View
Sudut pandang yang digunakan dalam novel ini, sebenarnya menggunak sudut pandang dari penulisnya sendiri, karena rasa ketertarikan terhadap sosok Firdaus, jadi dapat disimpulkan novel ini menggunakan sudut pandang orang pertama.
  1. Latar/Setting
Mengambil latar yang dominan yaitu dipenjara, karena tokoh yang paling berpengaruh yaitu Firdaus, berada dalam penjara.
  1. Amanat
Amanat dalam novel ini adalah keberanian. Seorang wanita bernama Firdaus yang berani mengungkapkan kebenaran dan berani menanggung risiko atas perbuatan yang telah dilakukannya yaitu membunuh germo. Firdaus yang melawan rasa takut, rasa malu, dan melawan kebohongan-kebohongan yang terjadi di sekelilingnya.
  1. Tokoh dan Penokohan
    a. Firdaus sebagai tokoh sentral (tokoh utama) merupakan tokoh wanita yang berani mengungkapkan kebenaran melawan rasa takut, rasa malu, dan melawan kebohongan-kebohongan yang  berada disekelilingnya.
    b. Ayah Firdaus seorang petani miskin, yang tak dapat membaca maupun menulis, sedikit pengetahuannya dalam kehidupan. Ayahnya sering memukul istrinya dan memperbudaknya tiap malam.
    c. Ibu Firdaus seorang ibu yang agak kasar kepada Firdaus.
    d. Paman Firdaus seorang syekh yang terhormat, terpelajar dalam hal ajaran agama.
    e. Istri Pamannya yang pelit  dan mata duitan, dan tidak menyayangi Firdaus.
    f. Syekh Mahmoud seorang yang terhormat, punya pension yang besar dan tak memiliki anak, istrinya yang sebelumnya pun telah meninggal.
    g. Nona Iqbal seorang guru yang cuek tapi peduli terhadap Firdaus saat sekolah Menengah.
    Sharifa Salah el Dine orang yang baik, memberi pekerjaan kepada Firdaus.
    h. Ibrahim adalah lelaki yang dicintai Firdaus tetapi ia hanya memanfaatkan firdaus untuk kepuasannya saja.
    i. Germo laki-laki yang memaksa Firdaus untuk mengawininya dan kalau tidak ia ingin bekerja sama dengan Firdaus karena Firdaus Pelacur sukses yang banyak uangnya, yang dibayar tinggi oleh para pejabat, pengusaha, dan lain-lain.
    j. Dan masih banyak lagi tokoh pendukung yang berperan dalam novel ini, dalam hal masalah dunia pelacur khususnya, karena banyak melibatkan para petinggi negara juga pada saat itu yang melakukan bercinta dengan sosok Firdaus.




Bibliography


Neziala. (2011, Desember 25 ). History Of Literature In Islamic World. Retrieved Maret 13, 2017, from Senandung Nada-Nada Neziala: http://senandung-neziala.blogspot.co.id/2011/12/history-of-literature-in-islamic-world.html
Rahma, F. (2015, Mei 15). Analisis Unsur Intrinsik Dan Ekstinsik Novel Perempuan Di Titik Nol Karya Nawal El-Saadawi. Retrieved Maret 13, 2017, from Tugas Kuliah Jurusan Bahasa Dan Sastra Indonesia: http://tugas-bahasa-indonesia-fybria.blogspot.co.id/2015/05/analisis-unsur-intrinsik-dan-ekstinsik.html
Rusman, D. (2014, Maret 18). Kompleksitas Konteks Sejarah, Sosial, Budaya Dan Politik Dari Karya Sastra Muslim Di Irak, Iran, Albania, Dan Afghanistan. Retrieved Maret 13, 2017, from Sastra Muslim: http://sastra-muslim.blogspot.co.id/2014/03/kompleksitas-konteks-sejarah-sosial.html#more

0 Response to "Latar belakang lahirnya karya sastra di wilayah Afrika dan Timur Tengah"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel