ANALISIS STRUKTUR BUKU NADOM ISTIGOSAH KARYA K.H. KHOER AFFANDI
Abstract
This writing is going to discuss about the meaning of every single word (aksara arab pegon) that is used in nadom istigosah book created by K.H. Khoer Affandi, then analyze it from language structure form (intrinsic element) and using semiotic theory. In the beginning of this writing, the writer introduce about the history of aksara arab pegon development, then introducing the writer of the book nadom istigosah, of course the meanging of what is istigosah itself. In analyzing this book, the writer inserted instrinsic elements like, theme, point of view, diction and message inside the book of nadom istigosah. The important element of this writing is semiotic theory from Roland Barthes that applicated into this analysis- Pendahuluan
Bahasa adalah hal yang sangat penting di dalam setiap aspek kehidupan manusia, dimanapun dan kapanpun kita akan selalu membutuhkan bahasa. Tanpa bahasa manusia tidak bisa saling memahami satu sama lain, dalam konteks seperti ini, bahasa peranannya sangatlah penting yang bisa dikatakan sebaagai sebuah jembatan untuk menghubungkan manusia dengan yang lainnya. Menurut (Wardhaugh, 1972) “language is system arbitrary vocal symbol used for human communication”. Dapat dikatakan bahwa setiap bahasa yang di ucapkan memiliki makna dari setiap kata yang diucapkan, dan haruslah dipahami oleh orang lain.
Di era modern ini, bahasa kian semakin berkembang, dari mulai bahasa verbal (diucapkan) atau bahkan dari setiap gerakan tubuh (non-verbal) merupakan bagian dari bahasa itu sendiri. Selain itu, dalam berbahasa juga tidak sekedar dalam berkomunikasi secara langsung (face to face) saja, akan tetapi bisa melalui sebuah tulisan yang berbentuk sebuah karya sastra, misalnya saja dalam sebuah puisi, syair, atau bahkan sebuah lagu.
Dalam sebuah tulisan seorang pengarang mampu mencurahkan seluruh isi, keinginan dan harapannya kepada sesuatu yang lain. Tidak sedikit pula seorang pengarang menyampaikannya melalui karyanya, dalam konteks seperti ini, para pengarang mengekspessikan apa yang mereka rasakan.
Salah satu kajian buku yang menarik untuk dijadikan pembahasan dalam tulisan ini adalah buku “Nadom Istigosah” karya dari K.H. Khoer Afnadi. Umumnya dalam buku ini menceritakan kisah seorang manusia yang menyampaikan keinginannnya, harapan, rasa syukur kepada Tuhannya yang maha kuasa. Dalam buku ini memuat dua bahasa yang ditulis olehnya, yaitu bahasa arab yang kemudian diikuti oleh bahasa sunda sebagai terjemahan dari bahasa arab itu sendiri.
Rumusan Masalah
Di jaman sekarang ini, sebuah tulisan bukan hanya sekedar tulisan saja, melainkan sebuah bentuk ungkapan rasa syukur, cinta, pengorbanan, dan yang lainnya. Dimana dalam sebuah lagu bisa juga mengajak individu lain untuk berkomunikasi walaupun tidak secara langsung, objek yang disajkan oleh para para pengarang tidak memberikan tanggapan langsung. Seperti dalam buku nadom istigosah ini, pengarang umumnya mengungkapkan keaagungan Tuhan Yang Maha Esa. Dalam kajian pembahasan dalam tulisan penulis merumuskan beberapa masalah yang akan menjadi topik dan kajian dalam penulisan ini, yang akan ditinjau dari unsur-unsur instrik dali buku ini, diantaranya :
- Bagaimanakah sejarah perkembangan aksara arab pegon?
- Bagaimanakah unsur-unsur intrinsik dalam buku nadom istigosah karya K.H. Khoer Afandi, khususnya aksara arab pegon yang digunakan dalam buku tersebut?
- Bagaimanakah teori semiotik dari Roland Barthes jika diaplikasikan kedalam buku nadom istigosah karya K.H. Khoer Affandi ?
Tujuan dan Manfaat Penelitian
- Tujuan Penelitian
- Untuk mengetahui sejarah perkembangan aksara arab pegon.
- Untuk mengetahui struktur bahasa dalam buku nadom istigosah karya K.H. Khoer Affandi bila ditinjau dari unsur-unsur intrinsik dari aksara arab pegon yang digunakan dalam buku tersebut.
- Untuk mengetahui setiap makna kata yang terkandung dalam buku nadom istigosah karya K.H. Khoer Affandi dengan menggunakan teori semiotik Roland Barthes.
- Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
Secara praktis bagi penulis sendiri, melalui hasil dari tulisan ini diharapkan dapat membantu dalam menyusun atau mengembangkan dan menambah pengetahuan dalam mengaji dan menganalisis sebuah karya. Disisi lain juga, penulis mengharapkan lewat tulisan ini bisa memberikan pemikiran yang positif bari para pembaca.
3. Manfaat Akademis
Secara akademis diharapkan dapat memberikan sumbangan penelitian yang berharga bagi ilmu pengetahuan, terutama dalam kaitannya ilmu sastra dalam menganalisis sebuah karya tulisan berbentuk buku.
Langkah-Langkah Penelitian
- Penentuan Objek Penelitian
- Metode Penelitian
- Jenis Data
- Sumber Data
- Sumber Data Primer
- Sumber Data Sekunder
- Teknik Pengumpulan Data
- Analisis Data
- Mengumpulkan data yang akan menjadi kajian dalam penelitian.
- Setelah data terkumpul, kemudian menganalis struktural dalam buku nadom istigosah karya K.H. Khoer Affandi dari unsur-unsur intrinsik.
- Menafsirkan semua data yang sudah terkumpul dari hasil analis setiap kata secara satu persatu.
- Setelah semua data dari hasil analisis dan tafsiran kemudian penulis membuat sebuah laporan (tulisan) dimana poin ini menjadi bagian terpenting dalam sebuah penelitian, yaitu berupa laporan (teks).
Pembahasan
Mengenal singkat sosok K.H. Khoer Affandi (Khoir, 2013), beliau saat anak-anak bernama Onong Husen, lahir pada hari Senin tanggal 12 September 1923 M di kampung Palumbungan Desa Cigugur Kecamatan Cigugur Kewedanan Cijulang Ciamis, dari Pasangan Raden Mas Abdullah bin Hasan Ruba’I yang masih mempunyai keturunan Raja Mataram dan Siti Aminah binti Marhalan yang mempunyai keturunan dari Wali Godog Garut. K.H. Khoer Affandi merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, beliau mempunyai kakak yang bernama Husein (Darajat) dan seorang adik perempuan yang bernama Husnah (Emih).
Menurut K.H. Abdul Fatah (Aa), dalam darah Onong Husen mengalir darah bangsawanan dan darah ulama yang dominan dalam membentuk kepribadian K.H. Khoer Affandi . Hal ini, terbukti dengan sikap Uwa yang sangat tertarik pada ilmu-ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum.
Pada waktu itu ayah KH. Khoer Affandi adalah pegawai Belanda. Hal ini menjadi kekhawatiran tersendiri bagi neneknya yang bernama Haesusi terhadap KH. Khoer Affandi , sehingga setelah Onong Husen menamatkan pendidikan umumnya di HIS, maka pada tahun 1936 M neneknya membujuk Onong untuk mengaji di Pesantren KH. Abdul Hamid.
Pesantren Tempat Uwa Ajengan Mendalami Ilmu 12 Fan :
- Fan Tauhid, dari Pesantren Cipancar Cigugur Ciamis dan dari KH. Abdul Hamid, Pangkalan Langkap Lancar Ciamis.
- Fan Fiqih, dari Cikalang Tasikmalaya.
- Fan Alat, kitab-kitab ‘Ibtida di Sukamanah Singaparna, kitab-kitab Tsanawi di KH. Masluh (Alumni Sukamanah) Legok Ringgit Singaparna dan, kitab-kitab Ma’hadul ‘Aly di Lewisari Paniis Singaparna.
- Tafsir/ Asmaul Husna, dari KH. Ahmad Sanusi, Guyung Puyuh Sukabumi (pesantren tempat Uwa Ajengan menerima Ilham nama pesantren Wanasuka).
- Suluk/ Falak, dari KH. Tuan Manshur Jembatan Lima, Grogol Jakarta Barat.
- Ruhul Jihad, dari KH. Zaenal Musthofa, Singaparna Tasikmalaya (Uwa Ajengan di didik Ruhul Jihad oleh gurunya sejak mulai ngaji Jurmiyah).
- Faroidh (ilmu waris), dari KH. Mahfudz, Babakan Tipar Sukabumi.
- Qur’an/ Tazwid, dari daerah Cigeureung Kota Tasikmalaya sebelah Utara.
- Sejarah Perkembangan Aksara Arab Pegon
Hal ini tidak menafikan adanya transfer ilmu dengan cara mendengarkan materi yang telah disampaikan oleh seorang ulama atau kiai yang mengajak kepada agama Allah dengan melalui lisan, entah dengan cara dakwah keliling atau dengan cara menyelenggarakan pengajian agama di surau-surau atau pesantren-pesantren.
Transfer ilmu dengan tulisan dilakukan oleh ulama atau kiai dengan tujuan agar ilmu bisa lebih terjaga dan bisa dinikmati oleh orang banyak. Bukan orang yang hidup semasanya, namun generasi yang setelahnya juga bisa meneguk ilmu tadi. Para ulama atau kiai tadi menulis juga dikarenakan melihat kondisi kapasitas otak manusia yang tidak bisa luput dari salah dan lupa. Sehingga, perlu adanya pengabadian dengan cara menulis.
Dengan adanya tulisan Arab Pegon di kala itu, ilmu akan lebih terjaga dari perubahan dan penyimpangan. Bukti pentingnya adanya sebuah tulisan, banyak ulama Nusantara di kala itu yang meninggalkan sebuah karya, seperti Suluk Sunan Bonang (Head Book Van Bonang) yang dipercaya sebagai karya Sunan Bonang, Hikayat Hang Tuah, Hikayat Raja-Raja Pasai, Risalah Tasawuf Hamzah Fansuri, karya kiai Rifai Kalisasak, karya kiai Shaleh Darat, dan lain-lain. Karya-karya ulama Nusantara ini kebanyakan ditulis dengan aksara Arab pegon, baik karya asli atau hasil dari terjemahan dari kitab-kitab yang berliteratur Arab.
Huruf Pegon berasal dari lafal Jawa pego, yang mempunyai arti menyimpang. Hal ini dikarenakan memang huruf Pegon ini menyimpang dari literatur Arab dan juga menyimpang dari literatur Jawa. Bagi yang pernah nyantri tentunya faham dengan huruf Pegon. Huruf-huruf pegon ini bisa dikatakan sebagai sebuah aksara yang nyeleneh karena susunan atau tatanannya yang agak berbeda dengan bahasa aslinya (Arab bukan, Jawa juga bukan).
Arab Pegon ini disebut pula Arab Pego atau Arab Jawi. Yaitu, tulisan yang menggunakan huruf Arab atau huruf hijaiyah, akan tetapi dalam praktik bahasanya menggunakan bahasa Jawa atau bahasa daerah lainnya yang sesuai dengan selera orang yang ingin menggunakannya. Di suatu daerah, Arab Pegon juga disebut dengan Arab Melayu. Hal ini dikarenakan menggunakan bahasa Melayu atau Indonesia; atau bahasa lokal lain yang ditulis dengan huruf Arab.
Penamaan huruf Pegon sangatlah banyak. Di daerah Malaysia dinamakan huruf Jawi. Sedangkan di kalangan pesantren dinamai huruf Arab Pegon. Akan tetapi, untuk kalangan yang lebih luas, huruf Arab Pegon dikenal dengan istilah huruf Arab Melayu karena ternyata huruf Arab berbahasa Indonesia ini telah digunakan secara luas di kawasan Melayu mulai dari Terengganu (Malaysia), Aceh, Riau, Sumatera, Jawa (Indonesia), Brunei, hingga Thailand bagian Selatan. Maka tidak mengherankan, jika kita membeli produk-produk makanan di kawasan dunia Melayu (Malaysia, Thailand Selatan, Brunei, dan beberapa wilayah di Indonesia) dapat dipastikan terdapat tulisan Arab Pegon dalam kemasannya walaupun dengan bahasa yang berbeda. Bahasa tersebut disesuaikan dengan tempat atau Negara yang mengeluarkan produk-produk tersebut.
Huruf Arab Pegon ini mempunyai keunikan tersendiri. Jika dilihat dari kejauhan, tulisan Arab Pegon seperti tulisan Arab pada biasanya. Namun, kalau dicermati sebenarnya, susunannya atau rangkaian huruf-hurufnya bukan susunan bahasa Arab. Orang Arab asli tidak akan bisa membaca tulisan Arab Pegon. Seandainya mereka bisa membaca Arab Pegon, niscaya tidak sejelas dengan bacaan orang Jawa atau Melayu asli.
Mengenai siapa yang menemukan huruf Arab Pegon ada beberapa pendapat. Menurut suatu catatan, huruf Arab Pegon muncul sekitar tahun 1400 M yang digagas oleh RM. Rahmat atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sunan Ampel di Pesantren Ampel Dentha Surabaya. Sedangkan menurut pendapat lain, penggagas huruf Arab Pegon adalah Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati Cirebon. Ada juga yang mengatakan bahwa huruf Arab Pegon ini ditemukan oleh Imam Nawawi Al-Bantani.
Sayangnya, huruf Arab pegon kini tidak lagi dikenal oleh masyarakat Islam secara luas. Padahal, menurut sejarahnya, huruf Arab Pegon telah digunakan secara luas oleh para penyiar agama Islam, ulama, penyair, sastrawan, pedagang, hingga politikus di kawasan dunia Melayu. Peran penjajah juga mempunyai pengaruh dalam menggrogoti berkurangnya pemahaman tentang huruf Arab Pegon. Sebab, pada masa penjajahan dalam pemerintahannya, tulisan yang digunakan untuk urusan negara adalah dengan menggunakan huruf Latin. Sedangkan huruf Arab Pegon terisolir di dunia pesantren. Keadaan ini berbeda dengan sebelum penjajah menginjakkan kakinya di bumi Nusantara.
Huruf Arab pegon tidak jauh berbeda dengan huruf hijaiyah, akan tetapi jika kita cermati Arab pegon bukan tersusun dari huruf Arab asli. Untuk dapat mengetahui huruf Arab pegon perhatikan tabel berikut:
No | Aksara Jawa | Aksara Latin | Aksara Pegon |
01 | Ha | H/A | ه/أ |
02 | Na | N | ن |
03 | Ca | C | چ |
04 | Ra | R | ر |
05 | Ka | K | ك |
06 | Da | D | ڎ |
07 | Ta | T | ت |
08 | Sa | S | س |
09 | Wa | W | و |
10 | La | L | ل |
11 | Pa | P | ڤ |
12 | Dha | Dh | ڎ |
13 | Ja | J | ج |
14 | Ya | Y | ي |
15 | Nya | Ny | ۑ |
16 | Ma | M | م |
17 | Ga | G | ڮ |
18 | Bha | B | ب |
19 | Tha | Th | ط |
20 | Nga | Ng | ڠ |
Huruf Arab pegon ini merupakan huruf konsonan sebelum digandeng dengan huruf vokal dan sandangan huruf lain. Untuk menjadikan huruf vokal maka harus ditambahkan huruf vokal yaitu
- Alif (ا) : untuk bunyi “A”
- Ya‟ (ي) : untuk bunyi “I”
- Wawu (و) : untuk bunyi “U”
2. Unsur - unsur intrinsik Dalam Buku Nadom Istighasah Karya K.H. Khoer Affandi
Kata “istighotsah” استغاثة berasal dari “al-ghouts” الغوث yang berarti pertolongan. Dalam tata bahasa Arab kalimat yang mengikuti pola (wazan) “istaf’ala” استفعل atau “istif’al” menunjukkan arti pemintaan atau pemohonan. Maka istighotsah berarti meminta pertolongan. Seperti kata ghufron غفران yang berarti ampunan ketika diikutkan pola istif’al menjadi istighfar استغفار yang berarti memohon ampunan.
Jadi istighotsah berarti “thalabul ghouts” طلب الغوث atau meminta pertolongan. Para ulama membedakan antara istghotsah dengan “istianah” استعانة, meskipun secara kebahasaan makna keduanya kurang lebih sama. Karena isti’anah juga pola istif’al dari kata “al-aun” العون yang berarti “thalabul aun” طلب العون yang juga berarti meminta pertolongan.
Istighotsah adalah meminta pertolongan ketika keadaan sukar dan sulit. Sedangkan Isti’anah maknanya meminta pertolongan dengan arti yang lebih luas dan umum. Baik Istighotsah maupun Isti’anah terdapat di dalam nushushusy syari’ah atau teks-teks Al-Qur’an atau hadits Nabi Muhammad SAW[1].
Beberapa unsur intrinsik dari Buku Nadom Istighasah Karya K.H. Khoer Affandi, diantaranya :
- Tema
Dalam buku nadom istigosah ini memiliki tema permohonan pertolongan dari seorang manusia kepada Tuhannya yang maha kuasa, dapat dilihat dari teks berikut ini :
Nun gusti mugi nurunkeun Kana hujan saban tahun
Manfaat sareng berkahna dina saban-saban tahun
Mugi gusti ngamaotkeun Bari mawa kaislaman
Sareung mugi ngahudangken Tikubur bari salamet
- Sudut Pandang
Didalam buku nadom ini, sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang pertama, menggunakan kata (abdi), dapat dilihat dari teks berikut ini :
Nun Gusti abdi sadaya Nukagungan sifat rahim
Anu bageur anu asih pang saena nu nulungan
Abdi hante ngareup-ngareup kalian ti dzat pangeran
- Diksi
Nun Gusti mugi ngalenglangkeun Tina sakur kabingungan
Bisa di terjemaahkan sebagai, orang yang yang meminta pertolongan kepada Tuhannya, agar selalu diberikan jalan/kemudahan disaat dirinya sedang dilanda kebingungan/masalah
Nun gusti mugi ngahampura Kana sakur-sakur dosa
Sebagai bentuk permohonan, agar setiap kesalahan dan dosa yang dilakukan nya selalu diampuni oleh Tuhannya.
Secara umum, kata-kata yang digunakan dalam buku nadom istigosah karya K.H. Khoer Affandi ini, bisa dengan mudah kita pahami, karena sering kita gunakan dalam kehidupan nyata dalam berkomunikasi sehari-hari.
- Amanat
3. Aplikasi Semiotika Menurut Roland Barthes
Teori Semiotik yang dikemukakan oleh Roland Barthes merupakan penerus dari pemikiran Ferdinand. Ferdinand sendiri yang sangat tertarik tentang cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna. Akan tetapi ferdinand ini tidak merasa tertarik terhadap kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada sesuatu yang berbeda situasi (Febriani, 2012).
Roland Barthes sendiri meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan interaksi antara subuah teks dengan kultural dari penggunanya maupun pengalamnya. Gagasan yang dibawa oleh Barthes ini dikenal dengan order of signification yang mana mencakup makna denotasi sebagai makna sebenarnya dan makna konotasi yang mempunya makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural personal tersebut.
Secara sederhana, kajian semiotik Barthes bisa dijabarkan sebagai berikut :
- Denotasi
- Konotasi
Dua aspek kajian dari Barthes di atas merupakan kajian utama dalam meneliti mengenai semiotik. Kemudian Barthes juga menyertakan aspek mitos, yaitu di mana ketika aspek konotasi menjadi pemikiran populer di masyarakat, maka mitos telah terbentuk terhadap tanda tersebut. Pemikiran Barthes inilah yang dianggap paling operasional sehingga sering digunakan dalam penelitian.
Lalu bagaimana jika diaplikasikan kedalam teks aksara arab pegon yang digunakan dalam buku nadom istigosah karya K.H. Khoer Affandi, dengan menggunakan sumber rujukan Kamus Besar Bahasa Sunda online dan juga defini dari setiap kata yang akan dianalisis, diantaranya sebagai berikut :
- Bageur
- Ngagungken
- Ngarep-Ngarep
- Welas
- Asih
- Pangeran
- Nulungan
- Enggal
- Beunghar
- Nyekel
- Caket
- Pasihan
- Gampang
- Leres
- Marentah
- Saban
- Bari
- Lawang
- Masihan
- Kalawan
Kesimpulan
Tulisan Arab Pegon yang merupakan sarana untuk mentransfer ilmu agama dengan perantara dunia tulis-menulis. Transfer ilmu dengan tulisan dilakukan oleh ulama atau kiai dengan tujuan agar ilmu bisa lebih terjaga dan bisa dinikmati oleh orang banyak. Bukan orang yang hidup semasanya, namun generasi yang setelahnya juga bisa meneguk ilmu tadi. Para ulama atau kiai tadi menulis juga dikarenakan melihat kondisi kapasitas otak manusia yang tidak bisa luput dari salah dan lupa. Sehingga, perlu adanya pengabadian dengan cara menulis.
Dalam buku nadom istigosah karya K.H. Khoer Affandi yang menggunakan dua bahasa yaitu bahasa arab kemudian diikuti dengan bahasa sunda sebagai bentu terjemaahannya dan disebut pula sebagai aksara arab pegon. Adapun makna dari istigosah sendiri merupakan permohonan/permintaan pertolongan ketika keadaan sukar dan sulit.
Selain itu, dari struktur (unsur instrinsik) dalam buku ini tidak terlalu banyak menggunakan bahasa yang rumit, salah satunya dari setiap kata yang digunkan dalam buku ini, khsusny bahasa sunda nya sendiri yang menjadi fokus pembahasan.
Bibliography
Anon. (2015, July 21). Biografi Maher Zain Musisi Muslim. Retrieved April 08, 2017, from Biografi Tokoh Dunia Lengkap: http://www.biografipedia.com/2015/07/biografi-maher-zain-musisi-muslim.htmlDananjaya, A. (2012). Penyampaian Ekspresi Dalam Bahasa Lirik Lagu. Surakarta: Universitas Sebelas Maret .
Febriani, M. (2012, September 24). Semiotika Menurut Pandangan Roland Barthes. Retrieved Maret 31, 2017, from Bangga Bernahasa Indonesia: http://banggaberhasa.blogspot.co.id/2012/09/semiotika-menurut-pandangan-roland_820.html?m=1
Indri, D. (2012). Musik Sebagai Media Komunikasi Politik . 1.
Irmawati, W. (n.d.). Sejarah, Perkembangan dan Kaidah Aksara Arab Pegon.
Khoir, P. M. (2013, November 13). Mengenal Lebih Dekat Uwa Ajengan Choer Affandi. Retrieved April 18, 2017, from http://www.ppmmiftahulkhoir.com/mengenal-lebih-dekat-uwa-ajengan-choer-affandi/
Luxemburg, V. (1989 ). Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia.
N, S. (2015, September 17). Pengertian Sudut Pandang Dan Jenisnya Pembahasan Terjelas. p. 1.
Pamungkas, A. (2016, November 12). Pengertian Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Cerpen. p. 1.
Reaske, C. R. (1966). How To Analyze Poetry. New York, N.Y.: Monarch Press.
Tomo. (2017). Mengenal Bagian-Bagian Dalam Lagu. 1.
Wardhaugh, R. (1972). Introduction to Linguistic Second Edition. Newyork: McGraw-Hill, Inc.
0 Response to "ANALISIS STRUKTUR BUKU NADOM ISTIGOSAH KARYA K.H. KHOER AFFANDI"
Posting Komentar